A. MASA TUA
Pengertian masa tua (lanjut
usia)
Usia lanjut
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari
umur enam puluh tahun sampai meninggal,
yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun.
Proses menua
(lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut
beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua :
-
Menurut
Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini
dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai
tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun
hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga
74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih)
(Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85
tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda
(Johnson&Perlin).
-
Menurut
J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua
pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut
pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong
orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas,
dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan
pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60
tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia
maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
-
Menurut
Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang
dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
-
Badan
kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun
sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan
(middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
-
Menurut
Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa
setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56
tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah
untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
-
Saparinah
(1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur
yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan
daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan
timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
-
Kelompok lanjut usia
adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan
Setiabudhi, 1999;8).
-
Pada lanjut usia akan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a)
Kelompok lansia dini
(55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b)
Kelompok lansia (65
tahun ke atas).
c)
Kelompok lansia resiko
tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa,
lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam
proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan
dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Ciri - ciri
masa tua
a. Menurut
Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,
yaitu :
•
Usia lanjut merupakan
periode kemunduran. Kemunduran
pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran
dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila
memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
•
Orang lanjut usia memiliki
status kelompok minoritas. Lansia
memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan
pendapat orang lain.
•
Menua membutuhkan
perubahan peran. Perubahan
peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala
hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
•
Penyesuaian yang buruk
pada lansia. Perlakuan
yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
Karakteristik
masa tua
Menurut Butler dan
Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai karakteristik lansia yang
bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
•
keinginan
untukmeninggalkan warisan;
•
fungsi sebagai
seseorang yangdituakan;
•
kelekatan dengan
objek-objek yang dikenal;
•
perasaan tentang siklus
kehidupan;
•
kreativitas,
•
rasa ingin tahu dan kejutan
(surprise);
•
perasaan tentang
penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan;
•
konsep diri dan penerimaan diri;
•
kontrol terhadap takdir
dan
•
orientasi ke dalam
diri;
•
kekakuan dan
kelenturan.
B. PERUBAHAN
FISIK PADA MASA TUA
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada
perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran,
perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya
kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap
kondisi psikologis.
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut,
membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode periode
usia sebelumnya. Kita akan mencatat rentetan perubahan perubahan dalam
penurunan fisik yang terkait dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya
perkembangan perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan yang mencatat
bahwa kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh
kadangkala dapat diperbaiki.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada
periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu:
- Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh.
Penurunan
mitosis menyebabkan kecepatan jumlah sel yang rusak tidak seimbang dengan
jumlah sel yang baru. Keadaan ini menyebabkan tubuh lebih banyak kehilangan
sel, daripada jumlah sel yang baru sebagai pengganti. Diperkirakan orang
berusia antara umur 65 – 70 tahun akan kehilangan 20 % dari keseluruhan sel-sel
saraf yang dimilikinya.
- Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
Pada
proses ini terjadi banyak kegagalan dalam pergantian sel-sel tersebut sehingga
lansia lebih lama sembuh apabila mengalami sakit.
Kehilangan
sel-sel tubuh yang menyebabkan penurunan kekuatan dan efisiensi fungsi tubuh,
dan kemampuan indera perasa pada lansia. Hal ini terkait dengan perubahan otot,
yaitu terjadinya penurunan zat kolagen yang berfungsi untuk menjaga elastisitas
- Penurunan Dorongan Seks. Menurut Master dan Johnson (1968) bahwa secara psikologis tidak ada alasan mengatakan bahwa orang yang sudah tua tidak dapat lagi menikmati hubungan seks dengan pasangannya, bahkan wanita mengalami pembaruan minat dan kesenangan terhadap hubungan seks. Pada pria yang telah mengalami klimakterium akan memerlukan waktu lama untuk mencapai ereksi dan lebih lama jarak periode refactory, namun bukan berarti mereka terkena impoten. Terpeliharanya ekspresi seksual tergantung pada kesehatan fisik dan mental lansia tersebut
Menurut
Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa
akhir, diantanya adalah :
1.
Daerah kepala
- Hidung menjulur lemas
- Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi
- Mata kelihatan pudar
- Dagu berlipat dua atau tiga
- Kulit berkerut da kering
- Rambut menipis dan menjadi putih
2.
Daerah Tubuh
·
Bahu membungkuk dan
tampak mengecil
·
Perut membesar dan
tampak membuncit
·
Pinggul tampak menggendor
dan tampak lebih besar
·
Garis pinggang melebar
·
Payudara pada wanita
akan mengendor
3.
Daerah persendian
·
Pangkal tangan menjadi
kendor dan terasa berat
·
Kaki menjadi kendor dan
pembuluh darah balik menonjol
·
Tangan menjadi kurus
kering
·
Kaki membesar karena
otot-otot mengendor
·
Kuku tangan dan kaki
menebal, mengeras dan mengapur.
Pada umumnya perubahan pada masa
lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin
dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
Kapasitas
pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun
tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan
diafragma melemah. Meskipun begitu berita baiknya adalah bahwa orang dewasa
lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan latihan memperkuat
diafragma.
1)
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga
volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2)
Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3)
Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya)
sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau
pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4)
Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas
permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
5)
Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu
prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6)
CO2
pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama
kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7)
kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &
corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
b. Perubahan Sistem persyarafan.
1)
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2)
Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3)
Mengecilnya syaraf panca indera.
4)
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
5)
Otak dan sistem
syaraf. Aspek yang signifikan dari proses
penuaan mungkin adalah bahwa neuron neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri.
Meskipun demikian otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya, hanya
kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa
akhir.
6)
Perkembangan Sensori.
Perubahan
sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan,pendengaran,
perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa dewasa akhir penurunan indera
penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah.
Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang rang
lanjut usia membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka
ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap.
Penurunan
penglihatan ini biasanya dapat dirunut dari pengurangan kualitas dan intensitas
cahaya yang mencapai retina. Di puncak usia tua, perubahan ini mungkin disertai
oleh perubahan perubahan kemunduran dalam retina, menyebabkan beberapa
kesulitan dalam penglihatan.
Meskipun
pendengaran dapat mulai pada masa dewasa tengah, hal itu biasanya tidak banyak
membawa kesulitan sampai masa dewasa akhir. Pada saat itu banyak sekali alat
bantu pendengaran yang bisa dipakai untuk bantuan pendengaran. Tuli, biasanya
disebabkan oleh kemunduran selaput telinga, syaraf penerima penerima suara
didalam telinga.
Selain
berukurangnya penglihatan dan pendengaran juga mengalami penurunan dalam
kepekaan rasa dan bau. Kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih
lama dibandingkan dengan rasa manis dan asin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi
pada lansia.
Ciri
– ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva berkurang
mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah
mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama
rasa manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan dengan
demikian asupan gizi juga akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70
tahun. Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami
penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
Berikut
ini perubahan – perubahan pada panca indra tersebut :
·
Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar
: daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang &
berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna
biru atau warna hijau pada skala.
·
Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pada
pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65
tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi
menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen,
dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
·
Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu
sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
·
Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan,
panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia
lanjut.
Tidak
lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan
seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.
Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah
darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa.
Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat
menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun.
Berikut
ini perubahannya :
1) Katub jantung menebal dan menjadi
kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh
darah. Kurangnya
efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
4) Tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genito urinaria.
1)
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat
jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg %
; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2)
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya
retensi urin.
3)
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65
tahun.
4)
Atropi vulva.
5)
Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun
juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali terhadap perubahan warna.
6)
Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung
menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f.
Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1)
Produksi hampir semua hormon menurun.
2)
Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3)
Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
4)
Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
5)
Menurunnya produksi aldosteron.
6)
Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
7)
Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi
dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
g. Perubahan sistem pencernaan pada
usia lanjut.
1)
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk.
2)
Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3)
Esofagus melebar.
4)
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ),
asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5)
Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6)
Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
7)
Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal.
1)
Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2)
resiko terjadi fraktur.
3)
kyphosis.
4)
persendian besar & menjadi kaku.
5)
pada wanita lansia > resiko fraktur.
6)
Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7)
Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (
tinggi badan berkurang).
a. Gerakan volunter Ù gerakan
berlawanan.
b. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar
kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
c. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar
kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
d. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik
yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
i.
Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan
jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis
karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak
bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan
temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik
bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang
meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit
juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki
menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut
menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut
wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat
kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.
j.
Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1)
Perubahan sistem reprduksi.
a)
selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi
meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia
diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2)
Kegiatan sexual.
Pada
masa usia lanjut khususnya pada wanita salah satu ciri perubahannya
yaitu mengalami fase menopause. Akibat berhentinya haid, berbagai organ
reproduksi akan mengalami perubahan. Rahim mengalami antropi (keadaan
kemunduran gizi jaringan), panjangnya menyusut, dan dindingnya menipis.
Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung
jaringan fibriotik (sifat berserabut secara berlebihan). Leher rahim (serviks)
menyusut tidak menonjol kedalam vagina bahkan lama-lama akan merata dengan
dinding vagina.
Lipatan-lipatan
saluran telur menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut. Rambut getar yang
ada pada ujung saluran telur atau fimbria menghilang (Kasdu, 2002 : 58).
Akibat
perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat menopouse mempengaruhi
berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan
ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
1)
Hot flushes (perasaan panas)
Adalah rasa
panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas (seperti leher dan
dada). Dengan perabaan tangan akan terasa adanya peningkatan suhu pada daerah
tersebut. Gejolak panas terjadi karena jaringan-jaringan yang sensitif atau
yang bergantung pada esterogen akan terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun.
Pancaran panas diperkirakan merupakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian
otak yang bertanggung jawab untuk mengatur temperatur tubuh.
2)
Keringat Berlebihan
Cara
bekerjanya secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran panas pada tubuh
akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih
rendah. Akibatnya, suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi
terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk
mendinginkan diri. Selain itu, dalam kehidupan seorang wanita,
jaringan-jaringan vagina menjadi lebih tipis dan berkurang kelembabannya seiring
dengan kadar estrogen yang menurun. Gejala lain yang dialami wanita adalah
berkeringat dimalam hari.
3)
Vagina Kering
Perubahan
pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga dapat
menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim. Selain itu, akibat
berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan
penunjang, dan elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina mengandung
banyak reseptor estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa sakit dalam
berhubungan seksual.
4)
Tidak dapat menahan air seni
Ketika usia
bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan pada saat bersin dan batuk. Hal
ini akibat estrogen yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah
inkonsitensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi kandung kemih). Perlu
diketahui, dinding serta lapisan otot polos uretra perempuan juga mengandung
banyak reseptor estrogen. Kekurangan estrogen menyebabkan terjadinya gangguan
penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin menjadi abnormal sehingga mudah
terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah.
5)
Hilangnya jaringan penunjang
Rendahnya
kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi
sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit
kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok, gigi mudah goyang dan gusi
berdarah, sariawan, kuku rusak, serta timbulnya rasa sakit dan ngilu pada
persendian.
6)
Penambahan berat badan
Saat wanita
mulai menginjak usia 40 tahun, biasanya tubuhnya mudah menjadi gemuk, tetapi sebaliknya
sangat sulit menurunkan berat badannya. Berdasarkan penelitian, setiap kurun 10
tahun, akan bertambah berat badan atau tubuh melebar kesamping secara bertahap.
Hal ini diduga ada hubungannya dengan turunnya estrogen dan gangguan pertukaran
zat dasar metabolisme lemak.
7)
Gangguan mata
Kurang dan
hilangnya estrogen mempengaruhi produksi kelenjar air mata sehingga mata terasa
kering dan gatal.
8)
Nyeri tulang dan sendi
Seiring
dengan meningkatnya usia maka beberapa organ tidak lagi mengadakan remodeling, diantaranya
tulang. Bahkan, mengalami proses penurunan karena pengaruh dari perubahan organ
lain. Selain itu dengan bertambahnya usia penyakit yang timbul semakin beragam.
Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebugaran dan kesehatan tubuh wanita
(Kasdu, 2002 : 56).
k.
Perubahan otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan
lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40 tahun dan berkurang
setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass ( otot, organ tubuh, tulang) dan
metabolisme dalam sel-sel otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan
otot mengakibatkan orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh
menurun karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak
tubuh. Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol
total dan trigliserida.
Ciri – ciri perubahan fisik masa
usia lanjut akan berpengaruh juga pada kondisi kesehatannya, seperti berikut :
·
Keadaan tubuh: Kadar lemak dalam tubuh meningkat akibat penurunan
aktivitas fisik dan kurang makanan berserat. Daya motorik otot menurun membuat
orang sulit bergerak. Jumlah air di dalam tubuh berkurang. Massa tulangpun
menurun karena kondisi tulang mulai rapuh, sementara pertumbuhan tulang sudah
berhenti.
·
Pencernaan: Gangguan pada gigi dan perubahan bentuk rahang
mengakibatkan sulitnya mengunyah makanan. Daya penciuman dan perasa menurun,
hal ini menyebabkan turunnya selera makan yang berakibat kekurangan gizi.
Menurunnya produksi asam lambung dan enzim pencernaan, mempengaruhi penyerapan
vitamin dan zat-zat lain pada usus. Penurunan perkembangan lapisan otot pada
usus, melemahkan dinding usus, dan menurunkan daya cerna usus. Fungsi hati yang
memproses racun, seperti obat-obatan dan alkohol pun melemah.
·
Kekebalan tubuh: Akibat berkurangnya kemampuan tubuh
memproduksi antibodi pada masa lansia, sistim kekebalan tubuhpun menurun. Hal
ini membuat lansia rentan terhadap berbagai macam penyakit.
·
Jantung: Daya pompa jantung menurun karena elastisitas pembuluh
arteri melemah, semua ini akibat perubahan kolagen dan elastin dalam dinding
arteri.
·
Pernafasan: Fungsi paru-paru menurun akibat berkurangnya elastisitas
serabut otot yang mempertahankan pipa kecil dalam paru-paru tetap terbuka.
Penurunan fungsi ini akan lebih berat jika orang bersangkutan memiliki
kebiasaan merokok dan kurang berolahraga.
·
Otak dan syaraf. Menurunnya kemampuan fungsi otak
melemahkan daya ingat. Akibatnya, orang lansia suka sering lupa makan atau
minum obat, yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit.
·
Metabolisme tubuh: Penurunan fungsi hormon dalam
tubuh. Penurunan hormon seks pada wanita terjadi menjelang menopause.
·
Ekskresi: Penurunan aliran darah ke ginjal karena berkurangnya jumlah
nefron, yaitu unit yang berfungsi mengekstrak kotoran dari darah dan
membuangnya ke urine. Hal ini menyebabkan peningkatan volume urine dan
frekuensi pengeluaran urine.
·
Tulang: Pengurangan massa tulang karena pertambahan usia. Hal ini
juga disebabkan kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat Ca
(kalsium), jarang berolahraga, menopause dini, dan hilangnya selera makan (anoreksia).
C. PERUBAHAN
PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
Proses menua (aging)
adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut
hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang
sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a.
Penurunan Kondisi
Fisik
Setelah orang
memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh,
dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
b.
Penurunan Fungsi
dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan
potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai
gangguan fisik seperti :
-
Gangguan jantung
-
Gangguan metabolisme, misal diabetes
millitus
-
Vaginitis
-
Baru selesai operasi : misalnya
prostatektomi
-
Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang
sempurna atau nafsu makan sangat kurang
-
Penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
- Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
- Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
- Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
- Pasangan hidup telah meninggal.
- Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c.
Perubahan Aspek
Psikososial
Pada umumnya setelah
orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
- Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
- Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
- Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
- Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
- Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d.
Perubahan yang
Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya
perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan
sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan
harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya.
e.
Perubahan Dalam
Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya
fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul
gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
I.
PENYESUAIAN DIRI PADA MASA TUA (ADJUSTMENT)
Yang dimaksud dengan
penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut
untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan – perubahan fisik,
maupun sosial – psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
Pada orang – orang
dewasa lanjut yang menjalani masa pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri
paling baik adalah lanjut usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak,
aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk
diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan
kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut
dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan
diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian
pasangannya, memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan
fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian diri
lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi emosionalnya
dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang berkembang
baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang
tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami
pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun
untuk memiliki pikiran yang jernih. Ohman & Soares (1998) melakukan
penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem
kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang
relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi.
Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal
tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan
bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut.
Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami
oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut
bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental
terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori,
inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
Menurut suatu jurnal,
disebutkan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka afek-afek positifnya akan
lebih banyak. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor pendewasaan, pengalaman
hidup, dll walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan, dijumpai lansia yang
emosinya tidak “integrated”, hal tersebut sangat berkaitan erat dengan
pengalaman hidup yang telah dilalui. (Age-Related Differences and Change in
Positive and Negative Affect Over 23 Years, Journal of Personality and Social
Psychology 2001, Vol. 80, No. 1, 136-151).
1.
PENYESUAIAN TERHADAP KARIER(PEKERJAAN)
Pria lanjut usia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis
daripada pekerjaan yang bersifat dinamis dan menantang. Dampak yang mereka
peroleh adalah pekerjaan yang memberi kepuasan pada dirinya walaupun pekerjaan
itu jelas berbeda dengan pekerjaan orang yang lebih muda atau pekerjaan pada
masa mudanya. Bahkan mereka mengetahui bahwa sebentar lagi akan pensiun, atau
bagi yang sudah pensiun akan berhenti bekerja, sehingga apa yang dilakukan
tidak mempengaruhi sikap mereka terhadap pekerjaannya jika mereka memang
menikmati apa yang mereka kerjakan. Bagi lansia yang bukan pegawai negeri atau
karyawan swasta, misalnya wiraswastawan, pedagang, ulama, guru swasta dan
lain-lain pikiran tentang pensiun mungkin tidak terlintas, mereka umumnya
mengurangi kegiatannya setelah lansia dan semakin tua tugas-tugas tersebut
secara berangsur berkurang sampai suatu saat secara rela dan tulus menghentikan
kegiatannya. Kalau mereka masih mau melakukan kegiatan umumnya sebatas untuk
beramal atau seolah-olah menjadi kegiatan hobby. Dalam kehidupan keluarga
biasanya anak-cucu mereka cenderung keberatan jika kakeknya yang sudah lanjut
usia masih harus bekerja mencari nafkah oleh karena itu kebutuhannya dicukupi
oleh anak cucu atau keluarganya. Dalam kondisi demikian bekerja bagi lansia
bukan keharusan lagi, namun lebih untuk bersenang-senang dalam menikmati masa
tuanya.
Bagi wanita yang tidak bekerja selama masa dewasa dini, dengan kesibukan
pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak. Bekerja sebagai ibu rumah tangga
sepanjang kurun waktu usia madya akan mendapatkan kompensasi kepuasan dari
tanggung jawab keluarga dan rumah tangga karena dapat mengantarkan anak-anak
menjadi dewasa, menyelesaikan studinya, mendapatkan pekerjaan sampai berkeluarga.
Mereka akan merasa sangat puas dan bangga atas upayanya bila dapat mengantarkan
ankak-anaknya sampai bekerja dan berkeluarga. Akibat keadaan tersebut wanita
lanjut usia merasa kurang puas dengan pekerjaannya namun disisi lain mereka
kurang merasa terganggu dengan tibanya masa pensiun ketimbang pria lanjut usia.
Sikap
Pada masa lanjut usia, yang juga terjadi pada tingkat usia lain selama
rentang hidup masa dewasa, orang mempunyai alasan yang berbeda terhadap
pekerjaan yang diinginkan, seperti yang diungkapkan oleh Havighurst
Hurlock(1992:414), bahwa sikap terhadap kerja merupakan dasar terhadap
pekerjaan yang diinginkan.
Budaya sikap kerja yang berlaku sebelumnya juga dapat mempengaruhi sikap
pekerja lanjut usia terhadap pekerjaannya. Mereka yang pertumbuhan masa
dewasanya terjadi ketika sikap budaya terhadap pekerjaan pada umumnya lebih
menyenangkan dibandingkan dengan sekarang, mempunyai sikap kerja yang sangat
berbeda dibandingkan dengan orang muda. Hal ini mau tidak mau mewarnai sikap
mereka terhadap pekerjaannya dan menambah kesulitan mereka dalam menyesuaikan
diri karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, padahal kondisi secara fisiknya
masih memungkinkan untuk bekerja.
Kesempatan Kerja
Selama usia madya kesempatan bekerja berkurang dengan cepat. Pada usia
madya sangat sulit bahkan sering tidak mungkin memperoleh pekerjaan baru. Bagi
lansia yang masih mendapat pekerjaan tentu sangat beruntung, hanya saja jenis
pekerjaan yang diperoleh umumnya lebih banyak bersifat monoton, pekerjaan yang
statis dan kurang berkembang dan mungkin juga tidak sesuai dengan tingkat
kemampuan dan latihan yang pernah diterima. Hal itu mengakibatkan mereka merasa
tidak puas. Secara relatif, hanya ada beberapa pekerjaan yang terbuka bagi
orang lanjut usia yang berketrampilan tinggi atau jenis pekerjaan yang
memerlukan tanggung jawab tinggi atau juga pekerjaan profesional yang sangat
diperlukan di masyarakat. Dalam dunia usaha dan industri hanya pekerjaan yang
ringan dan menyenangkan saja yang tersedia bagi pekerja lanjut usia.
Bagi lansia yang sanggup melaksanakan tugas dengan baik sekalipun harus
menunggu bertahun-tahun, promosinya sangat lambat. Selain itu pekerjaan yang
memerlukan tanggung jawab lebih besar seringkali diserahkan pada pekerja yang
lebih muda. Dalam kondisi demikian, jika sang lansia merasa bahwa tugas /
pekerjaan mereka hanya menghitung-hitung waktu sampai mencapai usia pensiun,
maka kontribusinya bagi majikan/perusahaan menjadi jauh kurang berharga
ketimbang saat sebelumnya. Di samping itu peraturan dari perusahaan maupun
pemerintah ikut mempersulit bagi lansia yang masih ingin bekerja dan berkarya,
karena tenaga-tenaga muda yang potensial dan enerjik banyak yang antri untuk
menggantikan kedudukan yang sudah tua. Hal semacam itu merupakan dilema bagi lansia
dalam bekerja dan berkarya.
Kinerja
Penelitian tentang pekerja lanjut usia menekankan pada kualitas kerja yang
menyumbang keberhasilan mereka dalam kerja. Pekerja lanjut usia, misalnya
karena mereka banyak memiliki pengalaman, cenderung bekerja dengan gerak yang
lamban daripada pekerja muda yang kurang berpengalaman. Kelebihan ini dapat
menutupi kelemahan mereka dalam bekerja. Pertambahan beban masalah yang
berhubungan dengan kehidupan pribadinya juga berkurang daripada pekerja muda
yang keinginannya biasanya lebih dipusatkan pada cinta keluarga, sementara bagi
lansia yang penting adalah rasa aman untuk bekerja dan tidak dikejar-kejar
waktu, sehingga dapat bekerja dengan tenang.
Lanjut usia yang bekerja, seperti dijelaskan di atas, umumnya lebih stabil dan
tenang sehingga tidak resah dan tidak mudah kecewa dengan pekerjaannya. Mereka
juga kurang berminat untuk berganti pekerjaan dibandingkan dengan pekerja yang
lebih muda. Mereka juga senang untuk berdemonstrasi bila ada kekecewaan. Perlu
diakui bahwa volume pekerjaan mereka mungkin juga lebih sedikit daripada volume
kerja orang muda, namun secara kualitas mungkin lebih baik dan dapat dijadikan
andalan. Mereka lebih sedikit melakukan kekeliruan, hal ini sebagian disebabkan
karena cara membuat keputusan lebih baik dan sebagian lagi karena cara kerja
mereka lebih pasti, hati-hati walaupun lebih lambat lambat.
Kesadaran diri para pekerja usia lanjut lebih besar karena sikap mereka
lebih matang dan mereka ingin terus memiliki pekerjaan tersebut. Akibatnya, mereka
biasanya lebih dapat diandalkan dalam kualitas hasil pekerjaannya.
Ketidakhadiran karena alasan sakit atau rasa tidak senang kerja paling banyak
dilakukan oleh pekerja yang lebih muda, terutama mereka yang masih berumur
dibawah duapuluh tahun, sedang pekerja lanjut usia jauh lebih jarang untuk
tidak masuk. Bagi mereka yang secara psikologis merasa terjamin dan tidak
diburu waktu biasanya tidak mudah stres dan tahan sakit.
2.
PENYESUAIAN DIRI DALAM KEHIDUPAN
SOSIAL
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada
mendengarkan pendapat orang lain. Menua membutuhkan
perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan
hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi
merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga
mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock,
2002, h.239)
3.
PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KELUARGA
Perubahan kehidupan keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa
memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak
dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak
memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55
tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya
sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya
dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan.
Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung
jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas
kehidupan sehari-hari.
4.
HUBUNGAN SOSIO-EMOSIONAL LANSIA
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam
penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi
hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa
cemas ketika mereka beranjak tua. Takut di tinggalkan oleh keluarga, takut
merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun
begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau
tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya
memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
Menurut teori aktivitas (activity theory), semakin orang dewasa
lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan
semakin besar kemngkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Dalam hal ini
penting bagi para dewasa lanjut untuk menemukan peran-peran pengganti untuk
tetap menjaga keaktifan mereka dan keterlibatan mereka didalam aktivitas
kemasyarakatan. Dengan adanya aktivitas pengganti ini maka dapat menghindari
individu dari perasaan tidak berguna, tersisihkan, yang membuat mereka menarik
diri dari lingkungan.
Dalam teori rekonstruksi gangguan sosial (social
breakdown-reconstruction theory) (Kuypers & Bengston, 1973) menyatakan
bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negative yang dibawa oleh
pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut
dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksial dapat
terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut
dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Ketersediaan
layanan bagi dewasa lanjut dapat mengubah pandangan mereka mengeanai lingkungan
sosialnya. Mereka akan tetap mampu untuk berperan aktif dengan layanan yang ada
dan juga mereka akan mengubah pandangan dunia sosial yang negatif dan
meniadakan pemberian label sebagai seseorang yang tidak mampu (incompetent).
Dorongan untuk berpartisipasi aktif orang-orang dewasa lajut di masyarakat
dapat meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya
sendiri.
II.
MASA PENSIUN (PEKERJAAN) PADA MASA TUA
Pensiun ialah seseorang yang sudah tidak
bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diberhentikan, ataupun atas
permintaan sendiri (pensiun muda). Seseorang yang pensiun biasa mendapat uang
pensiun atau pesangon. Jika mendapat pensiun, maka ia tetap mendapatkan semacam
dana pensiun sampai meninggal dunia
Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan
sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak
tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti
sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa
mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan dan memperkuat harga diri). Oleh
karenanya, sering terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua
dengan hidup santai, sebaliknya, ada yang malahan mengalami problem serius
(kejiwaan atau pun fisik).
Fakta Sekitar Pensiun
- Penurunan kesehatan tidak disebabkan secara langsung oleh pensiun, melainkan oleh problem kesehatan yang sebelumnya (sudah) dialami
- Pensiun sebaliknya dapat meningkatkan kesehatan dengan berkurangnya beban tekanan yang harus dihadapi.
- Masyarakat mulai memandang bahwa masa pensiun sebenarnya masa yang penuh kesempatan menarik
- Kemungkinan untuk bersantai berkurang karena waktu cenderung tersita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga
- Kepuasan perkawinan tidak secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi pensiun yang dialami
- Akan lebih banyak waktu dan kesempatan kebersamaan bagi keluarga/pasangan
- Pengalokasian ke rumah jompo, meninggalnya pasangan, penyakit serius serta adanya cacat tertentu biasanya menyebabkan perubahan gaya hidup yang drastis
Prediktor Penentu Terjadinya Masalah Pada Masa Pensiun
Kepuasan kerja dan
pekerjaan
Pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena disamping
mendatangkan uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan kebanggaan
pada diri sendiri (karena berprestasi atau pun kebebasan menuangkan kreativitas).
Namun ada catatan, orang yang mengalami problem saat pensiun biasanya justru
mereka yang pada dasarnya sudah memiliki kondisi mental yang tidak stabil,
konsep diri yang negatif dan rasa kurang percaya diri terutama berkaitan dengan
kompetensi diri dan keuangan/penghasilan. Selain itu, masalah harga diri memang
sering menjadi akar depresi semasa pensiun karena orang-orang dengan harga diri
yang rendah semasa produktifnya cenderung akan jadi overachiever semata-mata untuk membuktikan dirinya sehingga mereka habis-habisan dalam
bekerja sehingga mengabaikan sosialisasi dengan sesamanya pula. Pada saat
pensiun, mereka merasa kehilangan harga diri dan ditambah kesepian karena tidak
punya teman-teman.
Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep
diri positif, rasa percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup,
maka orang tersebut akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun
tersebut karena selama tahun-tahun ia bekerja, ia "menabung"
pengalaman, keahlian serta keuangan untuk menghadapi masa pensiun.
Usia
Banyak orang yang takut menghadapi masa tua karena
asumsinya jika sudah tua, maka fisik akan makin lemah, makin banyak penyakit,
cepat lupa, penampilan makin tidak menarik dan makin banyak hambatan lain yang
membuat hidup makin terbatas. Pensiun sering diidentikkan dengan tanda
seseorang memasuki masa tua. Banyak orang mempersepsi secara negatif dengan
menganggap bahwa pensiun itu merupakan pertanda dirinya sudah tidak berguna dan
dibutuhkan lagi karena usia tua dan produktivitas makin menurun sehingga tidak
menguntungkan lagi bagi perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja. Seringkali
pemahaman itu tanpa sadar mempengaruhi persepsi seseorang sehingga ia menjadi
over sensitif dan subyektif terhadap stimulus yang ditangkap. Kondisi ini lah
yang membuat orang jadi sakit-sakitan saat pensiun tiba. Memang, masa tua harus
dihadapi secara realistis karena tidak mau menghadapi kenyataan bahwa dirinya
getting older dan harus pensiun juga membawa masalah serius seperti halnya post
power-syndrome dan depresi. Salah satu cara mengatasi persepsi negatif terhadap
masa tua adalah dengan mengatakan pada diri sendiri : "Act your age, but I don’t want to act old"
Kesehatan
Beberapa orang peneliti melakukan penelitian dan
menemukan bahwa kesehatan mental dan fisik merupakan prekondisi yang mendukung
keberhasilan seseorang beradaptasi terhadap perubahan hidup yang disebabkan
oleh pensiun. Hal ini masih ditambah dengan persepsi orang tersebut terhadap
penyakit atau kondisi fisiknya. Jika ia menganggap bahwa kondisi fisik atau
penyakit yang dideritanya itu sebagai hambatan besar dan bersikap pesimistik
terhadap hidup, maka ia akan mengalami masa pensiun dengan penuh kesukaran.
Menurut hasil penelitian, pensiun tidak menyebabkan orang jadi cepat tua dan
sakit-sakitan, karena justru berpotensi meningkatkan kesehatan karena mereka
semakin bisa mengatur waktu untuk berolah tubuh (lihat fakta seputar pensiun).
Status sosial
sebelum pensiun
Status sosial berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
menghadapi masa pensiunnya. Jika semasa kerja ia mempunyai status sosial
tertentu sebagai hasil dari prestasi dan kerja keras (sehingga mendapatkan
penghargaan dan pengakuan dari masyarakat atau organisasi), maka ia cenderung
lebih memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik (karena konsep diri yang
positif dan social network yang baik). Namun jika status sosial itu didapat
bukan murni dari hasil jerih payah prestasinya (misalnya lebih karena politis
dan uang/harta) maka orang itu justru cenderung mengalami kesulitan saat
menghadapi pensiun karena begitu pensiun, maka kebanggaan dirinya lenyap
sejalan dengan hilangnya atribut dan fasilitas yang menempel pada dirinya
selama ia masih bekerja.
Post power syndrome
Arti dari "syndrome" itu adalah kumpulan gejala.
"Power" adalah kekuasaan. Jadi, terjemahan dari post power syndrome
kira-kira adalah gejala-gejala pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada
orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan, namun
ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan
atau emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negatif,
itulah yang diartikan post power syndrome.
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome. Pensiun
dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang
mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah
tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi
yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrome akan dengan mudah
menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif
dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrome yang
menyerang akan semakin parah.
Gejala post-power syndrome:
- Gejajala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat tua tampaknya dibandingkan waktu dia menjabat. Rambut semakin banyak beruban, keriput, sakit-sakitan, dan menjadi lemah.
- Gejala emosi, misalnya cepat teringgung, merasa tidak berharga, menarik diri dari pergaulan,dsb.
- Gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan.
Ciri-ciri orang yang rentan menderita post-power
syndrome:
- Orang yang terlalu senang dihargai dan dihormati orang lain, permintaanya senantiasa terlaksana/dituruti, suka dilayani.
- Orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, dengan jabatan dia lebih merasa diakui orang lain.
- Orang yang meletakkan arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan mengatur orang lain, untuk dapat berkuasa atas orang lain.
Post-power syndrome hampir selalu
dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya.
Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat
menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu,
dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan
tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang
hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
Beberapa kasus post-power syndrome
yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional
dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi
introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi
yang tidak tersalurkan) yang parah.
Post-power syndrome dapat menyerang
siapa saja, baik pria maupun wanita. Antara pria dan wanita, pria lebih rentan
terhadap post power sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi
dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria. Kematangan
emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan satu
cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome adalah gemar menabung
dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome menyerang, sementara
penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih parah.
Apabila seseorang telah mampu
menaklukan fase Post-Power Syndrome akan jauh menjadi lebih bijaksana dan mampu
membuktikan kebermanfaatan atas eksistensinya.
III.
GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
a.
Gangguan persepsi
Halusinasi dan ilusi
pada lanjut usia merupakan fenomena yang disebabkan oleh penurunan ketajaman
sensorik. Pemeriksa harus mencatat apakah penderita mengalami kebingungan
terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi dapat disebabkan oleh
tumor otak dan patologo fokal yang lain.
b.
Proses berpikir
Gangguan pada
progresi pikiran adalah neologisme, gado-gado kata, sirkumstansialitas,
asosiasi longgar, asosiasi bunyi, flight of ideas, dan retardasi. Hilangnya
kemampuan untuk dapat mengerti pikiran abstrak.
c.
Gangguan Sensorik dan kognitif
Sensorik
mempermasalhkan fungsi dari indra tertentu, sedangkan kognitiv merupakan
kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, menyimpan dan menggunakan kembali
semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri dari unsur-unsur,
memperhatikan (atensi), mengingat (memori), mengerti pembicaraan/berkomunikasi
(bahasa), bergerak (motorik), dan merencanakan /melaksanakan keputusan (eksekutif) juga intelektual.
d.
Gangguan Kesadaran
Indikator yang peka
terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan kesadaran, adanya fluktuasi
tingkat kesadaran. Pada keadaan yang berat penderita dalam keadaan somnolen
atau stupor.
e.
Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi
terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi. Gangguan
orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif, gangguan kecemasan, gangguan
buatan, gangguan konversi dan gangguan kepribadian, terutama selam periode
stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan
dua cara: Apakah penderita mengenali namanya sendiri dan
apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.
f.
Gangguan Daya ingat
Daya ingat dinilai
dalam hal daya ingat jangka panjang, pendek dan segera.Tes yang diberikan pada
penderita dengan memberikan angka enam digit dan penderita diminta untuk
mengulangi maju mundur. Penderita dengan daya ingat yang tak terganggu biasanya
dapat mengingat enam angka maju dan lima angka mundur. Daya ingat jangka
panjang diuji dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir, nama dan hari ulang
tahun anak-anak penderita. Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa dengan
beberapa cara, misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara dan
meminta penderita mengingat kembali benda tersebut akhir wawancara atau dengan
memberikan cerita singkat pada penderita dan penderita diminta untuk mengulangi
cerita tadi secara tepat/persisi.
g.
Gangguan Fungsi intelektual
Konsentrasi,
informasi dan kecerdasan. Sejumlah fungsi intelektual mungkin diajukan untuk
menilai pengetahuan umum dan fungsi intelektual. Menghitung dapat diujikan
dengan meminta penderita untu mengurangi 7 dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi
dari hasil akhir dan seterusnya sampai tercapai angka 2.
Perasaan-perasaan
yang Timbul pada Masa Tua (Lansia)
Mood, perasaan dan
afek. Di negara lain, bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian pada
golongan usia lanjut. Oleh karena itu pemeriksaan ide bunuh diri pada penderita
lanjut usi sangat penting. Perasaan kesepian, tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya adalah gejala depresi. Kesepian merupakan alasan yang paling
sering dinyatakan oleh para lanjut usia yang ingin bunuh diri. Depresi
merupakan resiko yang tinggi untuk bunuh diri.
a.
Kesepian
Kesepian atau
loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat meninggalnya
pasangan hidup atau teman dekat ,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga
mengalami penurunan status kesehatan,misalnya menderita berbagai penyakit fisik
berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,terutama gangguan pendengaran
(Brocklehurst-Allen,1987).
Harus dibedakan
antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak diantara lansia yang hidup sendiri
tidak mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi
dilain pihak terhadap lansia yang walaupun hidup dilingkungan yang
beranggotakan cukup banyak ,mengalami kesepian.
Pada penderita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti,karena bisa
bertindak menghibur,memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial
penderita,disamping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila
memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.
b.
Depresi
Menurut kriteria
baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R Yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiater
Amerika, diagnosis depresi harus memenuhi kriteria dibawah ini (Van der
Cammen,1991) untuk diagnosis depresi:
- Perasaan tertekan hampir sepanjang hari
- Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi kesenangan,atau atas semua atau hampir semua aktivitas.
- Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera makan secara nyata.
- Isomnia atau justru hipersomnia.
- Agitasi atau retardasi psikomotorik.
- Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan.
- Perasaan tidakn berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (seiring bersifat delusi).
- Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat keputusan.
- Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran berulang untuk lakukan bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri
- Takdapat dibuktikan bahwa perasaan/gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan organik
- Gangguan tersebut bukan suatu reaksi normal atas kematian seseorang yang dicintainya (Komplikasi duka-cita).
- Pada saat gangguan tersebut tidak pernah terjadi ilusi atau halusinasi selama berturut-turut 2 minggu tanpa adanya gejala perasaan hati yang nyata (misal sebelum gejala perasaan hati tersebut atau setelah perasaan hati menjadi lebih baik).
- Tidak merupakan superimposing pada suatu skizofrenia, gangguan skizofreniform,gangguan delusional atau psikotik.
bella dina
BalasHapus1110811007
pertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan adalah pertumbuhan ukuran dari jumlah sel yang mengakibatkan bertambah besarnya mahluk hidup,sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan yang ditandai dengan terspesialisasikan sel-sel yang menjadi struktur dan fungsi tertentu yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan bentuk pada tubuh.
tahapan perkembangan :
1.perkembangan embrio pada rahim
2.masa bayi
3.masa anak-anak
4.masa remaja
5.masa dewasa dan masa tua